Palembang dan Muslim Pertama di Indonesia
Kita tutup sebentar buku sejarah yang diajarkan di sekolah. Bagaimana kondisi demografis Kerajaan Sriwijaya?
Sebelum Islam datang ke Sriwijaya, besar kemungkinan Kerajaan Sriwijaya menganut keyakinan Monotheisme yang dikenal sebagai Ajaran Braham (ajaran monotheime peninggalan Nabi Ibrahim). Keberadaan ajaran Braham pada saat itu bisa terlihat pada catatan Fa Xian/Fa Shien sepulang dari India di era tahun ke-7 Kaisar Xiyi (411M).
“Kami tiba di sebuah negeri bernama Yapoti (Jawa dan atau Sumatera) di negeri itu Agama Braham sangat berkembang, sedangkan Buddha tidak seberapa pengaruhnya.“
Hal ini, semakin diperkuat dengan adanya pendapat yang mengatakan, pada sekitar tahun 607 Masehi, telah ada Kerajaan Sriwijaya (Sriboza) yang bercorak Brahminik (Early Indonesian Commerce : A Study of the Origins of Srivijaya, by Wolters, 1967 dan Maritime Trade and State Development in Early South East Asia, by K.R. Hall, 1985)
Temuan di atas bahkan lebih tua dari catatan perjalanan I Tsing pada tahun 671M yang selama ini dianggap bukti paling awal adanya Kerajaan Sriwijaya.
“Kami tiba di sebuah negeri bernama Yapoti (Jawa dan atau Sumatera) di negeri itu Agama Braham sangat berkembang, sedangkan Buddha tidak seberapa pengaruhnya.“
Hal ini, semakin diperkuat dengan adanya pendapat yang mengatakan, pada sekitar tahun 607 Masehi, telah ada Kerajaan Sriwijaya (Sriboza) yang bercorak Brahminik (Early Indonesian Commerce : A Study of the Origins of Srivijaya, by Wolters, 1967 dan Maritime Trade and State Development in Early South East Asia, by K.R. Hall, 1985)
Temuan di atas bahkan lebih tua dari catatan perjalanan I Tsing pada tahun 671M yang selama ini dianggap bukti paling awal adanya Kerajaan Sriwijaya.
Lalu bagaimana dengan sejarah Islam di Indonesia sendiri? Disebutkan bahwa Akasyah bin Muhsin al-Usdi menjadi utusan Rasulullah SAW ke Sriwijaya. Ada yang menguatkan dengan argumen adanya jejak-jejak penyebaran islam di Sriwijaya oleh orang Arab yang di Sumatera Selatan disebut Syaikh Sayyidina Angkasa, jejaknya terdapat di Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir Sumsel, dan terdapat juga di Lampung Waykanan yaitu di Kecamatan Negara Batin Desa Karta Jaya berbatasan langsung dengan Kabupaten OKU Timur Sumsel. Utusan ini diperkirakan datang pada Tahun 6 Hijriah, pasca Perjanjian Hudaibiyah.
Kemudian surat untuk Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang tertulis di kitab Al-'Iqd Al-Farid karya Ibnu Abdu Rabbih dan Al-Nujum Az-Zahirah fi Muluk Misr wa Al-Qahirah karya Ibnu Tagribirdi:
Adanya hubungan antara Sriwijaya dan Islam di Abad ke-7 dikuatkan oleh buku sejarah Cina yang memberitakan utusan Tache (sebutan untuk orang Arab) ke Kalingga pada tahun 674 Masehi. Karena Sriwijaya sering dikunjungi pedagang Arab dalam jalur pelayaran, maka Islam saat itu merupakan proses awal Islamisasi atau permulaan perkenalan dengan Islam. Apalagi jika di-ingat berita Cina di zaman T'ang tersebut telah ada kampung Arab Muslim di Pantai Barat Sumatera pada tahun 674 Masehi.
Hubungan itu terus berlanjut. Seperti dikisahkan oleh penulis Arab yaitu Ibnu Rusta (900 M), Sulaiman (850 M) dan Abu Zaid (950 M), maka hubungan dagang antara Khalifah Abbasiyah (750 M - 1268 M) dengan kerajaan Sriwijaya tetap berlangsung.
Kekayaan hubungan Islam dan Sriwijaya sungguh sangat banyak, sebanyak misteri yang perlu kita kuak. Benarkah Sriwijaya menjadi Kerajaan Islam? Benarkah kabar bahwa Raja Sri Indravarman ketika ia masuk Islam ia mengalami penolakan yang hebat? Bahkan benarkah Akasyah bin Muhsin al-Usdi masuk ke Nusantara? Lalu bagaimana dengan sabda baginda Nabi yang tertulis dalam Hikayat Raja-Raja Pasai:
Kemudian, bukti kuat adanya hubungan Kerajaan Sriwijaya dengan Islam lainnya adalah korespondensi antara Raja Sri Indavarman dengan Khalifah Muawiyah dan Umar bin Abdul Aziz.
Surat untuk Khalifah Muawiyah ditemukan dalam lemari arsip Bani Umayyah oleh Abdul Malik bin Umayr, yang disampaikan kepada Abu Ya’yub Ats-Tsaqofi, yang kemudian disampaikan lagi kepada Al-Haytsam bin Adi. Yang mendengar surat itu (Lori AI-Haytsam menceriterakan kembali pendahuluan surat tersebut
Surat untuk Khalifah Muawiyah ditemukan dalam lemari arsip Bani Umayyah oleh Abdul Malik bin Umayr, yang disampaikan kepada Abu Ya’yub Ats-Tsaqofi, yang kemudian disampaikan lagi kepada Al-Haytsam bin Adi. Yang mendengar surat itu (Lori AI-Haytsam menceriterakan kembali pendahuluan surat tersebut
“Dari Raba Al-Hind yang kandang binatangnya berisikan seribu gajah, (dan) yang istanarga terbuat dazi emas dan Perak, yang dilayani putri raja-raja, dan yang memiliki dua sungai besaryang mengairi pohon gaharu, kepada Muamzjah…."
Kemudian surat untuk Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang tertulis di kitab Al-'Iqd Al-Farid karya Ibnu Abdu Rabbih dan Al-Nujum Az-Zahirah fi Muluk Misr wa Al-Qahirah karya Ibnu Tagribirdi:
Dari Rajadiraja...; yang adalah keturunan seribu raja ... kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.
Adanya hubungan antara Sriwijaya dan Islam di Abad ke-7 dikuatkan oleh buku sejarah Cina yang memberitakan utusan Tache (sebutan untuk orang Arab) ke Kalingga pada tahun 674 Masehi. Karena Sriwijaya sering dikunjungi pedagang Arab dalam jalur pelayaran, maka Islam saat itu merupakan proses awal Islamisasi atau permulaan perkenalan dengan Islam. Apalagi jika di-ingat berita Cina di zaman T'ang tersebut telah ada kampung Arab Muslim di Pantai Barat Sumatera pada tahun 674 Masehi.
Hubungan itu terus berlanjut. Seperti dikisahkan oleh penulis Arab yaitu Ibnu Rusta (900 M), Sulaiman (850 M) dan Abu Zaid (950 M), maka hubungan dagang antara Khalifah Abbasiyah (750 M - 1268 M) dengan kerajaan Sriwijaya tetap berlangsung.
Kekayaan hubungan Islam dan Sriwijaya sungguh sangat banyak, sebanyak misteri yang perlu kita kuak. Benarkah Sriwijaya menjadi Kerajaan Islam? Benarkah kabar bahwa Raja Sri Indravarman ketika ia masuk Islam ia mengalami penolakan yang hebat? Bahkan benarkah Akasyah bin Muhsin al-Usdi masuk ke Nusantara? Lalu bagaimana dengan sabda baginda Nabi yang tertulis dalam Hikayat Raja-Raja Pasai:
“Bahwa sepeninggalku ada sebuah negeri di atas angin samudera namanya. Apabila ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (menyediakan) sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat. Syahdan, (lagi) akan dijadikan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam negeri itu terbanyak daripada segala Wali Allah jadi dalam negeri itu…”
Hmmm, mari kita kuak bersama Islamia Tour & Travel. Kami siap menemani Anda untuk berwisata sesuai dengan prinsip syariah, harga murah dan fasilitas lengkap. Silakan klik Islamiatour.wix.com/home untuk info lebih lanjut. Nikmati juga beragam keindahan yang telah Allah berikan kepada kita agar senantiasa kita bersyukur dan bertafakur. #IndonesiaMilikAllah
referensi:
Azra, Azyumardi (2006). Islam in the Indonesian world: an account of institutional formation. Mizan Pustaka. ISBN 979-433-430-8.
http://kanzunqalam.com/2013/09/28/kerajaan-sriwijaya-dakwah-islam-dan-pelarian-politik/
http://kanzunqalam.com/2012/06/21/palembang-dan-hadis-rasulullah/
http://www.al-baghdadi.info/v3/index.php/kitab-akhir-zaman
http://desapulaugemantung.blogspot.com/2010/11/perkembangan-islam-di-bumi-sriwijaya.html
http://sphotos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/246793_3809026547664_1958979554_n.jpg |
http://klikharry.files.wordpress.com/2008/06/warung-legenda.jpg |
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2IH_qGlTNpSwr0x3wpEDB8WrnJhJOEf0SloaCUxnWKndvltX8O1lEQUyCsic68_1o03crEe5iZqatKbVDGCNfuuGxdH3eaJz4l5UvZc_nzyjYnvZEkt8vf2PLYtxpSQsOmatUvla9ajM/s1600/dempo+tanggaJPG.JPG
|
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4YtbMFJm2Em1BZ2pAZV3LdDO_LWsBOr72CK1_YC4MfJza-LV8nMMvJUyesuVZExrhUWqJ97qVu4H2JA9mL_TnvnN2nm_aZ96ijilZYDBS7bUVFdaz3cZmA3inLE0fKteUBtClExesg7o/s400/masjid-agung-palembang-indonesia.jpg |
referensi:
Azra, Azyumardi (2006). Islam in the Indonesian world: an account of institutional formation. Mizan Pustaka. ISBN 979-433-430-8.
http://kanzunqalam.com/2013/09/28/kerajaan-sriwijaya-dakwah-islam-dan-pelarian-politik/
http://kanzunqalam.com/2012/06/21/palembang-dan-hadis-rasulullah/
http://www.al-baghdadi.info/v3/index.php/kitab-akhir-zaman
http://desapulaugemantung.blogspot.com/2010/11/perkembangan-islam-di-bumi-sriwijaya.html
0 komentar