Dinasti Islam di Nusantara (mulai th 661 M - sekarang) - Part 1
PENYEBARAN ISLAM di wilayah Asia Tenggara ditandai
dengan berdirinya kesultanan Islam di kawasan tersebut. Sejarah perkembangan
kesultanan Islam di Asia Tenggara tidak lepas dari kepentingan perdagangan dan
syiar agama yang dibawa oleh para saudagar dan ulama muslim dari Asia Barat.
Adapun Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan ini diberikan
mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas antara Asia Timur san Asia Barat
bagi para pedagang yang hendak keluar masuk pelabuhan-pelabuhan di Asia
Tenggara. Berikut ini adalah profil beberapa kesultanan Islam yang pernah
berkuasa di Asia Tenggara.
Samudera Pasai merupakan kesultanan Islam pertama di
Indonesia. Letak kesultanan ini di Aceh Utara. Sultan pertama Samudera Pasai
adalah Malikush Shaleh.Letak Samudera Pasai sangat strategis sebagai pusat
pelayaran dan perdagangan di Nusantara. Banyak pedagang muslim dari Arab, Cina
dan India datang untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Kesultanan ini
memperoleh sumber pendapatan yang besar dari pajak perdagangan dan pelayaran.
Samudera Pasai ditaklukkan Portugis pada 1521. Sejarah Kesultanan Samudera
Pasai dapat diketahui antara lain dengan ditemukannya uang dirham emas dengan
tulisan nama sultan yang memerintah Samudera Pasai.
Kesultanan ini terletak di Semenanjung Malaka. Islam
di Malaka berasal dari Kesultanan Samudera Pasai. Pendiri Kesultanan Malaka
adalah Paramesywara, seorang pangeran dari Sriwijaya. Paramesywara menikah
dengan putri sultan Samudera Pasai dan kemudian masuk Islam. Kesultanan Malaka
mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah
(1445-1459).
Kesultanan ini runtuh ketika Portugis menyerang dan mengalahkan Malaka pada 1511. Peninggalan sejarah Kesultanan Malaka barupa mata uang yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-15 dan benteng A'Farmosa yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan Portugis.
Kesultanan ini runtuh ketika Portugis menyerang dan mengalahkan Malaka pada 1511. Peninggalan sejarah Kesultanan Malaka barupa mata uang yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-15 dan benteng A'Farmosa yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan Portugis.
Kehadiran Islam di Pattani dimulai dengan kedatangan
Syekh Said, mubalig dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan raja Pattani bernama
Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu Nakpa (1486-1530) beragama
Budha kemudian masuk Islam dan bergelar Sultan Ismail Syah. Kesultanan Pattani
mengalami kemajuan pesat setelah menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan
Malaka. Kesultanan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan,
terutama bagi pedagang dari Cina dan India. Kejayaan Pattani berakhir setelah
dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok. Peninggalan sejarah Pattani berupa nisan
kubur yang disebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan
Samudera Pasai.
Kesultanan Brunei Darussalam (abad ke-15).
Kesultanan Brunei Darussalam merupakan kesultanan
Islam yang terletak di Pulau Kalimantan sebelah utara. Islam pertama kali masuk
ke Brunei pada 977, dibawa saudagar Cina. Setelah raja Awang Alak Betatar
(1406-1408) masuk Islam, ia mengubah kerajaan itu menjadi kesultanan. Kata
"Darussalam" ditambahkan pada kata "Brunei" pada abad ke-15
untuk menekankan Islam sebaga agama negara. Kesultanan Brunei Darussalam
berkembang menjadi pusat penyebaran Islam dan perdagangan wilayah Melayu ketika
Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis. Kesultanan Brunei Darussalam pernah
dikuasai Inggris pada 1888, di masa kepemimpinan Sultan Hasyim Jalilu
Ageramaddin, sultan ke-15, namun dapat meraih kemerdekaannya dari Inggris 1983.
Kesultanan Islam Sulu (abad ke-15).
Kesultanan Sulu merupakan kesultanan Islam yang
terletak di Filipina bagian selatan. Islam masuk dan berkembang di Sulu melalui
orang Arab yang melewati jalur perdagangan Malaka dan Filipina. Pembawa Islam
di Sulu adalah Syarif Karim al-Makdum, orang Arab yang ahli ilmu pengobatan.
Abu Bakar, seorang dai dari Arab, menikah dengan putri dari pangeran Bwansa dan
kemudian memerintah di Sulu dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan.
Kesultanan Ternate (abad ke-15).
Kesultanan Islam terbesar di Maluku adalah Kesultanan
Ternate. Penyebaran Islam di daerah ini dilakukan oleh para ulama dan pedagang
dari Pulau Jawa. Islam menjadi agam kerajaan setelah Sultan Zainal Abidin
memerintah. Kesultanan Ternate menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di
kawasan timur Nusantara. Kesultanan Ternate mencapai kejayaannya pada masa
pemerintahan Sultan Babullah. Kesultanan Ternate bersaing dengan Kesultanan
Tidore terutama dalam perdagangan. Kesultanan Ternate berakhir setelah
ditaklukkan oleh VOC (Verenidge Osst-Indische Compagnie) pada 1660. Peninggalan
Kesultanan Ternate antara lain Benteng Portugis dan bekas istana di Ternate
(Maluku Utara).
Kesultanan Aceh atau Aceh Darussalam adalah kerajaan
Islam yang terletak di Pulau Sumatera bagian utara. Kesultanan ini didirikan
pada 1541 oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh mengantikan peran
Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka yang jatuh ke tangan Portugis,
terutama dalam perdagangan dan pelayaran. Kesultanan ini mengalami puncak
kejayaan pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Kesultanan Aceh akhirnya
jatuh ke dalam kekuasaan pemerintah Hindia Belanda pada 1912. Peninggalan
sejarah Kesultanan Aceh antara lain Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh dan
Cakra Donya, yaitu lonceng hadiah dari kaisar Cina.
Kesultanan Demak (abad ke-16).
Kesultanan Demak adalah kesultanan Islam pertama di
Pulau Jawa. Raja Demak pertama adalah Raden Fatah, bupati Majapahit di Bintoro
dan mencapai puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan Trengono. Kesultanan
Demak berhasil melebarkan kekuasaannya sampai ke daerah luar Jawa, seperti
Kesultanan Banjar, Kerajaan Kotawaringin, dan Kesultanan Kutai di Kalimantan.
Kesultanan ini mengalami kemunduran di masa Sunan Prawoto karena beberapa
daerah taklukkan Demak memberontak. Peninggalan Kesultanan Demak yang paling
terkenal adalah Masjid Agung Demak. Ciri khas masjid ini adalah bangunannya
ditopang empat tiang atau saka guru yang dibangun empat orang sunan dari
sembilan wali (Wali Songo), yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang,
dan Sunan Kalijaga.
Sumber
0 komentar